Waktu kecil, orang tua sering banget ngebanding-bandingin sama anak tetangga, anak temen satu kelas, anak siapa lah, anak siapa lah... yaahh orang tua mana sih yang pengen anaknya kalah dari anak orang laen, apa lagi anak musuh bebuyutannya ? khususnya para ibu nih. ga ada matinya ngebanding-bandingin, sampe bikin jengkel. i am who i am. kenapa harus dibandingkan ? setiap makhluk punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, bahkan mungkin kelebihan itu masih tersimpan dalam bentuk bakat dan potensi yang belum kelihatan.
Sebenernya, yang di atas itu hanya sebagai pengantar saja. Ada fenomena lain dari banding membandingkan, degree of comparison ini. Singkat aja, coba bayangkan, kalau kita lagi marah besar sama si A, trus kita cerita sama temen kita si B. Eeehh gataunya, si B juga lagi banyak masalah dan tiba-tiba aja marah-marah juga soal si A, malah marahnya lebih dahsyat. lantas apa yang terjadi ?
percaya deh, pasti marah kita jadi reda, gara-gara ngeliat sobat kita yang ngamuknya lebih dahsyat dari kita. malah jadi kita nya yang nenangin dia. hebat yah... ga perlu ikutan training anger management segala. amarah bisa stop berangsur-angsur tanpa disadari, walau tidak sepenuhnya hilang, cuma karena ada yang namanya pembandingan itu tadi. "Karena dia marahnya lebih heboh dari saya, marah saya jadi berkurang."
Cerita lain lagi. Kalau ada orang yang curhat sama kita, berbahagialah. Gak usah sok-sok nasehatin. Giliran dia lagi keluarin semua kekesalan, dengerin aja. Gak usah komen, apalagi kalau dia itu sobat kita. orang yang curhat itu gak perlu nasehat. orang yang curhat itu cuma perlu telinga dan wajah kita yang tampak seperti memperhatikan. Cukup itu aja. Kalau akhirnya di akhir curhatannya, dia minta pendapat, hmm... percaya deh, 90% dari mereka cuma perlu yang namanya pembenaran dari kita. Kalo kita nasehatin, mereka akan menganggap kalo kita bilang mereka salah. Kalo kita mendukung mereka padahal mereka yang salah, hati-hati mengeluarkan komen. bisa-bisa di lain hari, kalau si dia ribut sama orang itu, bisa-bisa kita juga dibawa-bawa.
Di situ lah seninya. Seni berdiplomasi. Seni mencari aman. Ada yang bilang, orang kaya gini ga punya pendirian, bermuka dua, atau malah dibilang ababil :D Menurut lo !?
Sebenernya, yang di atas itu hanya sebagai pengantar saja. Ada fenomena lain dari banding membandingkan, degree of comparison ini. Singkat aja, coba bayangkan, kalau kita lagi marah besar sama si A, trus kita cerita sama temen kita si B. Eeehh gataunya, si B juga lagi banyak masalah dan tiba-tiba aja marah-marah juga soal si A, malah marahnya lebih dahsyat. lantas apa yang terjadi ?
percaya deh, pasti marah kita jadi reda, gara-gara ngeliat sobat kita yang ngamuknya lebih dahsyat dari kita. malah jadi kita nya yang nenangin dia. hebat yah... ga perlu ikutan training anger management segala. amarah bisa stop berangsur-angsur tanpa disadari, walau tidak sepenuhnya hilang, cuma karena ada yang namanya pembandingan itu tadi. "Karena dia marahnya lebih heboh dari saya, marah saya jadi berkurang."
Cerita lain lagi. Kalau ada orang yang curhat sama kita, berbahagialah. Gak usah sok-sok nasehatin. Giliran dia lagi keluarin semua kekesalan, dengerin aja. Gak usah komen, apalagi kalau dia itu sobat kita. orang yang curhat itu gak perlu nasehat. orang yang curhat itu cuma perlu telinga dan wajah kita yang tampak seperti memperhatikan. Cukup itu aja. Kalau akhirnya di akhir curhatannya, dia minta pendapat, hmm... percaya deh, 90% dari mereka cuma perlu yang namanya pembenaran dari kita. Kalo kita nasehatin, mereka akan menganggap kalo kita bilang mereka salah. Kalo kita mendukung mereka padahal mereka yang salah, hati-hati mengeluarkan komen. bisa-bisa di lain hari, kalau si dia ribut sama orang itu, bisa-bisa kita juga dibawa-bawa.
Di situ lah seninya. Seni berdiplomasi. Seni mencari aman. Ada yang bilang, orang kaya gini ga punya pendirian, bermuka dua, atau malah dibilang ababil :D Menurut lo !?